AJP 2025 : Essay Foto
Inovasi Sang Putri di Tengah Karhutla Mendera

Oleh : Syafriwan Nasution
KATA inovasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pengenalan atau penciptaan hal baru yang berbeda dari sebelumnya seperti ide, metode, produk atau sistem baru yang memberikan nilai tambah atau manfaat signifikan.
Inovasi dapat berupa penemuan baru atau pengembangan dari yang sudah ada serta melibatkan proses pembaruan dan perbaikan berkelanjutan yang didorong oleh kebutuhan zaman dan bertujuan menciptakan kemajuan.
Kata "inovasi" itu sendiri berasal dari kata kerja Latin "innovare" yang berarti "memperbarui" dan dari bahasa Inggris "innovation".
Itu pula yang dilakukan Perwira (sebutan untuk pekerja di PT Pertamina Persero) yang merupakan singkatan dari Pertamina Wira, red) PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Refinery Unit (RU) II Dumai - Sungai Pakning di tengah kesibukan mereka menjaga ketahanan energi berupa mempertahankan produksi sekitar 170 ribu barel per hari.
Redaksi media ini mencatat ada tiga inovasi yang patut diberikan apresiasi menyusul bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) yang menjadi ‘agenda’ tahunan di bumi lancang kuning.
Adapun ketiga inovasi itu diantaranya adalah Nozzle Gambut (Nozgam) sebuah teknologi pemadaman kebakaran lahan gambut.
Yang kedua, Alat Pengukur Level Air Gambut (Akurat) yakni seperangkat alat yang sederhana dan sangat membantu Kelompok Tani Maju Bersama, Desa Pematang Duku, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, untuk mengetahui kekeringan lahan gambut. Dengan alat ini mereka tidak perlu lagi menggali lahan gambut untuk mengetahui kadar air yang berpotensi terjadinya Karhutla. Cukup melihat meteran di alat itu, mereka mengetahui kedalaman air.
Terakhir adalah upaya konservasi terhadap keanekaragaman Kantong Semar (Nepenthes spp) melalui pelestarian mikrohabitat alami pada lahan gambut eks kebakaran seluas 1,1 hektar di kawasan arboretum lahan gambut Marsawa di Kelurahan Sungai Pakning, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau dengan menggunakan besi bekas. Besi Bekas digunakan untuk hydrostatic test selang pemadam dan lestarikan tanaman langka kantong semar di lahan gambut
Seperti diketahui, lahan gambut adalah jenis lahan basah yang terbentuk dari akumulasi sisa - sisa tumbuhan yang tidak terurai sempurna karena kondisi anaerob (kedap udara) di dalamnya.
Tanah ini kaya akan bahan organik, memiliki daya serap air yang sangat tinggi dan menyimpan karbon dalam jumlah besar sehingga berperan penting dalam ekosistem global.
Lahan gambut ditemukan di berbagai daerah genangan air seperti rawa - rawa dan merupakan rumah bagi keanekaragaman hayati yang kaya.
Karakteristik utama lahan gambut kaya bahan organic karena mengandung sisa - sisa tumbuhan yang menumpuk selama ribuan tahun.
Diketahui, daya serap air tinggi dan ini disebabakan struktur pori - porinya memungkinkan gambut menyerap dan menahan air dalam jumlah besar.
Selain itu, lahan gambut berguna untuk menyimpan karbon dalam jumlah besar dan lebih banyak dari tanah mineral biasa.
Lalu apa fungsi dan pentingnya lahan gambut ?
Diketahui, lahan gambut itu mengatur siklus air, membantu mengatur aliran dan ketersediaan air.
Lahan gambut pendukung Keanekaragaman Hayati :
Hutan rawa gambut menjadi rumah bagi banyak spesies flora dan fauna.
Keberadaan tanah gambut di dunia memegang peranan penting bagi kestabilan iklim karena kemampuannya dalam menyerap karbon.
Dari pembahasan sebelumnya, maka Anda dapat menarik kesimpulan bahwa lahan gambut merupakan kawasan dengan lapisan tanah yang tersusun dari material organik dengan penguraian tidak sempurna sehingga terakumulasi menjadi bahan gambut.
Tanah gambut terdiri dari 3% cakupan wilayah dari seluruh area daratan yang ada di dunia. Jumlah tersebut cenderung terlihat kecil bukan ? Namun, 3% tanah gambut tersebut mampu menyerap karbon dalam jumlah besar.
Sebagai perbandingan, tanah gambut memiliki kemampuan penyerapan karbon sebesar 550 gigaton. Bila dalam satuan persen, maka jumlah karbon yang bisa diserap oleh tanah gambut di seluruh dunia adalah 30%.
Lalu bagaimana dengan tanah gambut di Indonesia ?
Ternyata, tanah gambut Indonesia memiliki kemampuan penyerapan karbon hingga 57 gigaton. Jumlah tersebut 20 kali lebih tinggi dari kemampuan penyerapan karbon oleh hutan maupun jenis tanah lainnya.
Diketahui, luas lahan gambut di Indonesia bervariasi tergantung sumber datanya. Namun angka umum yang sering digunakan adalah sekitar 21 juta hektare atau 10,8% dari luas daratan Indonesia yang menempatkan Indonesia sebagai pemilik lahan gambut tropis terbesar di dunia.
Angka ini dapat merujuk pada total lahan gambut tropis di tiga pulau besar yaitu Sumatera, Kalimantan dan Papua.
Perincian Luas Berdasarkan Sumber Data :
13,4 juta hektare berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2019) dan sering disebut sebagai luas lahan gambut tropis Indonesia.
24,6 juta hektare berasal dari penetapan peta Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
21 juta hektare menunjukkan luas hutan dan rawa gambut Indonesia yang merupakan lebih dari sepertiga dari total lahan gambut tropis di dunia.
Sementara data dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menyebutkan, percepatan restorasi gambut di 7 (tujuh) provinsi prioritas dan percepatan rehabilitasi mangrove di 9 (sembilan) provinsi prioritas turut serta berkomitmen dalam mitigasi perubahan iklim.
Ketujuh provinsi yang menjadi wilayah kerja restorasi gambut BRGM adalah Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Papua.
Riau memiliki gambut terluas di Indonesia dengan cakupan 5,3 juta hektar yang berada pada 59 Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG).
Dibalik fungsi dan manfaat terhadap stabilnya iklim dunia, ternyata lahan gambut mudah terbakar notabene menyimpan potensi Karhutla.
Hal itu disebabkan kandungan material organik yang sangat kering dapat berfungsi sebagai bahan bakar dan sifatnya mirip kayu kering yang diperparah oleh pengeringan lahan akibat drainase dan pembakaran untuk membuka lahan oleh manusia serta berkurangnya tutupan vegetasi alami.
Faktor Penyebab Keterbakaran Lahan Gambut
Seperti diketahui, lahan gambut adalah material organik yang sangat mudah terbakar.
Ketika lahan gambut menjadi kering karena tidak adanya keseimbangan hidrologi, material organik di dalamnya menjadi bahan bakar yang siap terbakar seperti kayu kering.
Proses pengeringan salah satunya disebabkan pembuatan kanal - kanal untuk mengeringkan lahan gambut agar cocok untuk pertanian dan perkebunan akan menurunkan muka air tanah sehingga membuat gambut kering dan mudah terbakar terlebih pada musim kemarau.
Api yang menyebar di bawah permukaan tanah membuat kebakaran sulit di deteksi dini dan juga sulit dipadamkan karena butuh air dalam jumlah besar dan pemadaman dari udara.
Bagi warga yang berada di kawasan lahan gambut, jika tanah digali dengan kedalaman 60 sentimeter masih belum ditemukan air, maka mereka mengaku was - was. Karena dengan hanya sebatang puntung rokok lahan akan terbakar hebat.
Oleh karena itu, Kapolda Riau Herry Heryawan meminta masyarakat termasuk para pemancing untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan guna mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Hal ini dikarenakan puntung rokok yang dibuang sembarangan dapat menjadi pemicu kebakaran lahan gambut yang sangat mudah terbakar, terutama saat musim kemarau.
Sementara itu Kapolda Riau, Herry Heryawan menegaskan bahwa Polda dan jajarannya tidak main - main dalam menangkap tersangka pembakaran hutan dan lahan. Apalagi saat ini Riau sedang di posisi darurat karhutla.
Pelaku pembakaran yang sengaja dan tidak sengaja akan tetap dijadikan tersangka. Seperti membuang puntung rokok tidak sengaja tetap akan dijadikan tersangka.
Oleh sebab itu pihaknya mengimbau masyarakat untuk berhati - hati dengan api karena kebakaran hutan yang terjadi akibat kelalaian pelaku akan tetap dijadikan tersangka. Rokok menjadi biang keladi dugaan Karhutla terjadi di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil).
Dilaporkan polisi menangkap Poniran alias Ian (52) atas kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Rokan Hilir (Rohil), Riau. Akibat perbuatannya, lahan seluas 10.000 meter persegi (1 hektare) dilanda karhutla.
Kata Kapolres Rohil AKBP Isa Imam Syahroni mengatakan kebakaran bermula saat Poniran alias Ian membuang puntung rokok yang kemudian apinya memicu karhutla.
Kasus ini terungkap saat polisi mendeteksi dan mengecek titik panas (hotspot) pemicu karhutla. Polisi mendatangi TKP dan mengambil sampel barang bukti berupa batang kayu bekas terbakar dan 1 buah korek api berwarna merah.
Atas perbuatannya, Ian dijerat Pasal 108 juncto Pasal 56 Ayat (1) UU Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan dan/atau Pasal 98 Ayat (1) atau Pasal 99 Ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dengan Paragraf 3 Pasal 22 UU Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 2 tahun 2022 tentang Cipta Kerja Menjadi UU.
Lantas apa penyebab Karhutla yang nyaris menjadi “agenda” tahunan disejumlah wilayah di Indonesia ?
Menurut peneliti dari Jerman Ludwig Schindler lewat makalahnya “Fire Management in Indonesia Quo Vadis?” yang disajikan dalam “Tropical Forest Fire : Prevention, Control, Rehabilitation, and Trans - Boundary Issues”, meyakini bahwa 99 persen kebakaran hutan dan lahan di Indonesia disebabkan kesalahan manusia.
Peneliti dari Rona Lingkungan Hidup Universitas Riau (Unri) Tengku Ariful Amri mengatakan, kendati Riau kerap dilanda Karhutla, namun yang terbesar masih dipegang Karhutla 1997 silam. Dampaknya amat parah, termasuk jatuhnya pesawat dan efek asap yang sampai ke negara - negara tetangga bahkan hingga ke Australia.
Terlepas dari Karhutla periode mana yang besar atau hebat, yang terang asap akibat Karhutla tidak hanya menganggu sektor ekonomi, sosial kemasyarakatan termasuk kesehatan. Namun yang mengkhawatirkan dampak asap itu ialah hilangnya generasi atau lost generation.
Menurut Senior Humanitarian Policy Advocacy Manager Save The Children Indonesia, Rinsan L. Tobing, masalah asap akibat kebakaran hutan bisa mengganggu kesehatan anak. Salah satunya merusak paru - paru dan otak termasuk proses tumbuh kembang.
Apalagi kejadian Karhutla selalu berulang setiap tahun selama lebih 22 tahun belakangan. Jika ini tidak dicari solusinya, proses tumbuh kembang anak akan terganggu karena terus terpapar asap.
Ya, salah satu masalah yang dialami hutan di Indonesia adalah kebakaran lahan gambut. Indonesia memiliki banyak lahan gambut sehingga mudah mengalami kebakaran, terutama pada musim kemarau.
Lahan gambut adalah kawasan dengan tanah gambut. Sifat tanah gambut mirip dengan spons yang mampu menyerap dan menahan air. Namun sebaliknya, pada musim kemarau tanah gambut akan menjadi sangat kering dan mudah terbakar. Dilansir dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tanah gambut mengandung bahan bakar berupa sisa tumbuhan sampai di bawah permukaan tanah, sehingga jika terjadi kebakaran, api akan menjalar di bawah permukaan tanah secara lambat.
Ini membuat kebakaran sulit dideteksi secara dini dan baru terdeteksi setelah terjadi kebakaran yang luas diikuti dengan asap yang tebal. Kebakaran lahan gambut menjadi masalah karena sulit dipadamkan dan bisa berlangsung selama berhari - hari. Sebab kondisi tipe kebakaran pada lahan gambut adalah tipe ground fire atau kebakaran bawah yang meluas di bawah permukaan secara horizontal. Oleh karena itu pemadamannya pun perlu didukung dengan pemadaman melalui udara atau water bombing agar api bisa cepat padam.
Penyebab kebakaran lahan gambut sering terjadi di Indonesia dan menjadi bencana yang berskala luas. Dan penyebab kebakaran lahan gambut itu sendiri bisa dipicu oleh faktor alam dan faktor manusia.
Salah satu fenomena yang memicu kebakaran lahan gambut di Indonesia adalah El Nino. Contohnya pada kebakaran hutan pada tahun 1997 dan 2015 menunjukkan bahwa anomali iklim El Nino bersamaan dengan musim kemarau yang mengeringkan lahan gambut menghasilkan kebakaran yang sangat parah.
Pada tahun 2020, Indonesia menempati urutan ketiga dunia dalam pencemaran akibat kebakaran hutan. Selain El Nino, faktor iklim yang juga menyebabkan kebakaran lahan gambut adalah kekeringan, angin kencang dan kondisi fisik lahan gambut yang terdegradasi.
Menurut data BNPB tahun 2013, rincian kegiatan manusia sebagai penyebab kebakaran hutan adalah konversi lahan 34 persen, peladangan liar 24 persen, pertanian 17 persen, kecemburuan sosial 14 persen, dan proyek transmigrasi sebesar 8 persen.

Seperti dikemukan sebelumnya bahwa salah satu inovasi PT KPI RU Dumai - Sungai Pakning yakni Nozzle Gambut (Nozgam). Nozgam adalah inovasi teknologi pemadaman kebakaran lahan gambut yang dikembangkan oleh PT Pertamina (Persero) Kilang Dumai dan Sungai Pakning.

Menariknya, alat inovasi Kilang Putri Tujuh (sebutan warga Dumai untuk kilang PT KPI RU II Dumai diambil dari legenda Putri Tujuh yang konon nama Dumai diambil, red) ini berupa nozzle besi bekas yang mampu menginjeksikan air bertekanan ke dalam tanah gambut untuk memadamkan bara api di bawah permukaan, sehingga mencegah kebakaran ulang (re-fire) dan mempersingkat waktu pemadaman hingga 3 kali lebih cepat dibandingkan metode konvensional.
Adapun cara kerja Nogam yakni memadamkan api bawah tanah. Kebakaran lahan gambut tidak hanya terjadi di permukaan, tetapi juga di dalam tanah, yang disebut underground fire. Nozzle gambut dirancang untuk menjangkau dan mendinginkan bara api di dalam tanah ini.
Dengan injeksi air bertekanan maka alat ini mengoptimalkan pemadaman dengan cara menyuntikkan aliran air bertekanan langsung ke dalam tanah gambut yang menyimpan bara api.
Sementara keunggulan Nozgam dinilai efektif karena mampu memadamkan bara api di dalam tanah gambut, yang sulit dijangkau dengan teknik pemadaman biasa.
Disamping itu Nozgam diketahui cepat memotong waktu pemadaman sumber api hingga tiga kali lebih cepat.
Selain itu Nozgam juga diketahui mampu mencegah kebakaran berulang. Dengan memadamkan underground fire, alat ini mencegah potensi kebakaran ulang yang sering terjadi di lahan gambut.
Yang takkalah penting Nozgam menghemat biaya, karena mengurangi biaya penanggulangan kebakaran lahan.
Selain hemat biaya Nozgam juga diketahui ramah lingkungan karena dibuat dari besi bekas dan merupakan inovasi berbasis kondisi lokal. Alat ini juga telah dipatenkan oleh PT Pertamina (Persero).
Sangat Bermanfaat
Dalam upaya kesiapsiagaan terhadap penanggulangan keadaan darurat dan bencana alam yang terjadi di Kota Dumai, PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit Dumai menyerahkan bantuan hibah peralatan pemadam kebakaran kepada Pemerintah Kota Dumai.
Penyerahan bantuan hibah tersebut merupakan bentuk sinkronisasi dan sinergitas kerjasama yang terjalin dengan baik antara PT KPI Unit Dumai dengan Pemko Dumai yang dituangkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) oleh Walikota Dumai, H Paisal SKM MARS dan GM PT KPI Unit Dumai, Didik Subagyo.
Secara simbolis, GM PT KPI Unit Dumai, Didik Subagyo, menyerahkan nozzle gambut kepada Wako Dumai H Paisal SKM MARS usai penandatanganan MoU. Bantuan hibah alat pemadam kebakaran yang diberikan oleh Kilang Pertamina Dumai itu diantaranya berupa 3 unit mini portable pump, 10 unit nozzle gambut (nozgam), dan 5 roll fire hose (selang pemadam api).
Kata GM PT KPI RU 2 Dumai, penyerahan bantuan alat pemadam kebakaran ini merupakan bentuk komitmen dan keseriusan PT KPI Unit Dumai mendukung program - program pembangunan Kota Dumai, termasuk dalam hal penanggulangan keadaan darurat karhutla yang dapat terjadi di kota Dumai kapan saja.
Didik Subagyo menjelaskan bahwa bantuan alat pemadaman untuk lahan gambut yang diberikan oleh Kilang Pertamina Dumai itu sifatnya moveable, artinya dapat ditancapkan di lahan-lahan Karhutla dan dapat langsung digunakan.
Bantuan berupa alat pemadam kebakaran tersebut merupakan salah satu upaya mitigasi dan kesiapsiagaan bersama menghadapi serta menangani terjadinya bencana alam, seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di lahan gambut yang kerap terjadi di Kota Dumai, khususnya pada musim kemarau. Hal itu juga bertujuan untuk memperkuat upaya dan sarana prasarana penanganan kebakaran yang telah dimiliki Pemko Dumai.
Sebagaimana yang diketahui, karakteristik karhutla yang terjadi di lahan gambut tidak hanya terjadi di permukaan tanah (surface fire), tetapi juga terjadi di dalam tanah gambut (underground fire). Sehingga hal seperti ini berpotensi menyebabkan terjadinya kebakaran ulang atau re-fire.
Dengan adanya nozzle gambut (Nozgam), bencana karhutla dapat teratasi secara lebih cepat lewat pemadaman bara api di dalam tanah gambut. Alat tersebut mengoptimalkan pemadaman kebakaran dengan adanya sumber aliran air bertekanan yang diinjeksikan ke dalam tanah gambut yang menyimpan bara api.
Aksi nyata Nozgam saat terjadi pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kelurahan Pelintung Kota Dumai, PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Refinery Unit (RU) Dumai meminjamkan sejumlah fasilitas dan peralatan kepada Brimob Polda Riau, Kamis (27/4).
Area Manager Communication, Relations, & CSR RU Dumai, Agustiawan menyebutkan bahwa PT KPI RU Dumai telah meminjamkan peralatan berupa selang 2 ½ inch dan fasilitas akomodasi kepada Brimob Polda Riau guna mendukung upaya pemadaman karhutla.
Masih kata dia, sebanyak 10 rol selang 2 ½ inch serta Gedung Sasana Suka dipinjam pakaikan ke Brimob Polda Riau dalam upaya pemadaman karhutla tersebut. Namun selain itu, sejak 2019, program CSR PT KPI RU Dumai telah diselaraskan agar sejalan dengan upaya Pemko Dumai dalam mengantisipasi dan memadamkan karhutla yang sering terjadi di Provinsi Riau.
Salah satu program CSR PT KPI RU Dumai tersebut adalah Masyarakat Peduli Api (MPA) Kelurahan Tanjung Palas. MPA Kelurahan Tanjung Palas merupakan kelompok masyarakat yang peduli terhadap bencana kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi di Kota Dumai khususnya Kelurahan Tanjung Palas.
Sejak dibentuk tahun 2017 oleh BPBD Kota Dumai, MPA Kelurahan Tanjung Palas telah berkembang, dari semula beranggotakan 9 orang menjadi 30 orang. Saat ini, MPA Tanjung Palas dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pembagian wilayah tanggung jawab, yaitu wilayah Paman Jaya, Dumai Motor, Batu Bintang dan wilayah Sri Pulau.
Pembinaan yang telah dilakukan PT KPI RU Dumai sejak tahun 2019 antara lain Pelatihan Penanganan Karhutla, Pemberian Alat Pemadam Kebakaran, Pembuatan Embung untuk stok air serta Pengadaan Alat Patroli Karhutla.
Pengaktifan MPA Tanjung Palas berupa biaya operasional saat pemadaman pun juga diberikan.
Selain Dumai, lanjut Agustiawan, CSR PT KPI RU Sei Pakning pun sudah mengarah pada dukungan Perusahaan dalam penanganan Karhutla.
Melalui inovasi Nozzle Gambut, PT KPI RU Sei Pakning menciptakan sebuah alat yang dapat mempermudah proses pemadaman api di lahan gambut. Inovasi ini telah diakui dan mendapatkan sejumlah penghargaan karena impactnya yang begitu besar.
Dijelaskannya, sebagai salah satu perusahaan yang ada di Kota Dumai, PT KPI RU Dumai siap mendukung upaya Pemko Dumai dalam penanganan karhutla ini.
Selain Karhutla di Selingsing maka Nozgam juga diturunkan dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau, khususnya di wilayah Kabupaten Rohil (Rohil).
Sebagai wujud nyata sinergi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, Kilang Pertamina Dumai menerjunkan tim personel pemadam yang terlatih serta sejumlah dukungan fasilitas pemadaman ke wilayah terdampak.
Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Kilang Dumai, Agustiawan menegaskan bahwa aksi ini merupakan bentuk kontribusi aktif PT KPI Dumai dalam memperkuat respons tanggap darurat karhutla di Riau serta melindungi masyarakat dan lingkungan sekitar dari potensi semakin meluasnya sebaran titik - titik api.
Perusahaan itu menerjunkan 11 personel pemadam dari Kilang Dumai dan Sungai Pakning serta mengerahkan 2 tim medis untuk mendukung proses penanganan di lapangan.
Langkah ini adalah bentuk sinergi nyata dan dukungan kami untuk memperkuat barisan pemadam di titik - titik api bersama personel pemadam dari unsur pemerintah daerah dan lintas sektor lainnya.
Agustiawan menambahkan, aksi tanggap ini sejalan dengan komitmen Kilang Dumai dan Kilang Sungai Pakning dalam menjaga keberlanjutan lingkungan dan menempatkan aspek keselamatan sebagai prioritas utama dalam setiap aktivitas operasional.
Selain itu, langkah ini menjadi wujud nyata kepedulian perusahaan dalam melindungi masyarakat dari risiko kesehatan akibat paparan asap karhutla yang berpotensi menimbulkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) serta mengganggu aktivitas pendidikan dan roda perekonomian.
Selain mengerahkan sumber daya manusia, PT KPI Kilang Dumai juga membawa sejumlah fasilitas pemadaman, diantaranya 5 unit nozzle gambut (nozgam), 1 unit floating portable fire pump, dan 1 unit Auxiliary Fire Truck (AFT)-16. Seluruh peralatan ini dipersiapkan untuk meningkatkan efektivitas pemadaman, khususnya di kawasan lahan gambut yang umumnya sulit dijangkau dan rawan menyimpan bara api di bawah permukaan tanah.
Nozzle gambut atau nozgam sendiri merupakan inovasi teknologi pemadaman yang dikembangkan oleh para Perwira Kilang Pertamina Dumai dan Kilang Pertamina Sungai Pakning. Teknologi ini mampu mempercepat waktu pemadaman hingga tiga kali lebih cepat dibanding nozzle konvensional, serta secara signifikan menekan biaya operasional dalam proses penanggulangan karhutla. Inovasi dari Kilang Dumai ini juga telah mendapat pengakuan dari pemerintah melalui penghargaan Dharma Karya Muda 2021 yang diberikan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia.
Ditambahkan Agustiawan, inovasi Nozgam mendukung pencapaian 17 tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan terlebih poin ke 2 dari SDGs tanpa kelaparan (zero hunger) adalah mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, memperbaiki nutrisi dan mempromosikan pertanian yang berkelanjutan.
Sementara poin ke 13 SDGs berupa penanganan perubahan iklim Penanganan perubahan iklim (climate action) yakni mengambil tindakan sesegera mungkin untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya.
Terakhir poin ke 15 menjaga ekosistem darat (peace, justice, and strong institutions) yang bertujuan melindungi, merestorasi dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem daratan.
Sementara Manager HSSE PT KPI Kilang Dumai, Syahrial Okzani menjelaskan bahwa nozgam bekerja dengan cara menginjeksi air langsung ke dalam lapisan lahan gambut yang menyimpan bara api, sehingga terbukti efektif mengatasi api yang tersembunyi dan sulit dijangkau dengan cara konvensional.
Nozgam mampu mengoptimalkan waktu pemadaman kebakaran, karena sumber aliran air di diambil di lokasi kebakaran dengan cara alat tersebut diinjeksikan ke dalam tanah gambut yang menyimpan bara api. Ini penting untuk menghadapi kebakaran lahan gambut yang sifatnya bukan hanya permukaan, tapi juga di bawah tanah.
Dia menambahkan hadirnya inovasi nozzle gambut yang dikembangkan oleh Kilang Dumai menjadi solusi atas tantangan pemadaman karhutla di lahan gambut, yang memiliki karakteristik kebakaran tidak hanya terjadi di permukaan (surface fire), tetapi juga di lapisan bawah tanah (underground fire).
Kondisi ini beresiko tinggi menimbulkan kebakaran ulang (re-fire) apabila tidak ditangani secara menyeluruh hingga ke sumber bara di bawah permukaan secara tepat sasaran dan tuntas.
Gubernur Riau Abdul Wahid menyampaikan apresiasinya atas dukungan dunia usaha di Provinsi Riau, termasuk PT KPI Kilang Dumai dalam memperkuat upaya pemadaman. Ia menerangkan bahwa, terdapat sekitar 200 personel tambahan dari sektor dunia usaha telah diterjunkan ke titik api terutama di Rokan Hulu dan Rokan Hilir yang menjadi wilayah paling terdampak.

Selain Nozgam pekerja PT KPI RU II Dumai - Sungai Pakning menciptakan Alat Pengukur Lahan Gambut (Akurat).
Awalnya awak media ini memperkirakan alat inovasi temuan perusahaan plat merah itu rumit mengoperasikannya, ternyata prediksi tersebut keliru.
Alat itu seperti meteran milik Perusahaan Air Minum (PAM). Jika alat tera milik perusahaan daerah tertulis angka yang menunjukan pemakaian air oleh konsumen maka di Akurat level air di lahan gambut.
Sebagai contoh jika melihat ke alat Akurat tertera angka 55,5 maka itu berarti level air di lahan gambut. Kalau tanah digali maka air baru ditemukan di kedalaman 55,5 sentimeter.
Dengan level air gambut 55,5 sentimeter apakah masuk kategori bahaya atau tidak ? Tumin tidak menjawab hanya tangannya menunjuk ke baliho seukuran sekitar 40 sentimer X 90 sentimeter yang posisinya tidak jauh dari Akurat serta letaknya memudahkan seseorang membaca petunjuk seputar level air di lahan gambut.
Disana tertera keteragan kalau level air gambut kurang dari 20 sentimeter masuk ke dalam kategori sangat aman dilambangkan dengan kotak kubus berwarna hijau.
Sedangkan level air gambut antara 20 sampai 40 sentimeter masuk ke dalam kategori aman dilambangkan dengan kotak kubus berwarna ungu tua.
Sementara level air gambut antara 40 sampai 60 sentimeter masuk ke dalam kategori waspada dilambangkan dengan kotak kubus berwarna kuning.
Warga diminta siaga ketika level air gambut antara 60 sampai 80 sentimeter. Ini dilambangkan dengan kotak kubus berwarna coklat.
Sebaliknya masuk ke dalam kategori bahaya ketika level air gambut di atas 80 sentimeter. Ini dilambangkan dengan kotak kubus berwarna merah bata.
Kata petani dan warga alat Akurat itu mereka cek sambil pulang menuju ke rumah.
Lalu bagaimana jika masuk ke dalam kategori waspada, siaga atau bahaya ?, maka anggota kelompok atau warga berhati - hati meski itu hanya sebatang puntung rokok.
Kekhawatiran mereka terhadap Karhutla pasca dipasangnya Akurat relatif jauh berkurang dibanding sebelumnya.
Adapun yang melatarbelakangi inovasi Akurat alat terbilang sederhana namun sangat berguna bagi petani di lahan gambut rawan Karhutla. Communication dan Relation (Comrel) & CSR PT KPI RU Sungai Pakning Rahmad Hidayat menjelaskan bahwa inovasi itu merupakan bentuk kepedulian Perwira Pertamina terhadap kondisi lingkungan sekitar perusahaan.
Inovasi Akurat merupakan bentuk tanggung jawab sosial untuk memberikan peran serta nilai kebermanfaatan bagi lingkungan dan masyarakat dari ancaman kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang kerap terjadi di daerah tersebut.
Masih kata dia, berbagai upaya telah dilakukan PT KPI RU Sungai Pakning dalam menjaga ekosistem lahan gambut yang ada di wilayah Sungai Pakning, terlebih yang berada disekitar operasi perusahaan.
Salah satunya dilakukan dengan mengelola kawasan eks Karhutla menjadi pertanian lahan gambut ramah lingkungan dengan mengembangkan komoditas pertanian hortikultura, tanaman obat dan tanaman komoditas kopi liberika.
Sebelumnya Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI RU II Dumai - Sungai Pakning, Agustiawan menjelaskan bahwa inovasi Akurat yang diciptakan Perwira (sebutan pekerja Pertamina) PT KPI RU II Sungai Pakning merupakan bentuk solusi dalam program konservasi lahan gambut yang berada di Dusun Kampung Baru, Desa Batang Duku, Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis
Inovasi Akurat diciptakan oleh perwira Kilang Sungai Pakning bersama Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Api (Forkompa) untuk memonitoring kondisi dan level air di lahan gambut.
Lebih lanjut Agustiawan menjelaskan, alat tersebut merupakan bentuk dari Life Cycle Assessment (LCA) PT KPI RU II Sungai Pakning melalui pemanfaatan limbah non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari kegiatan operasional perusahaan.
Agustiawan pun menjelaskan bahwa sejumlah program TJSL dalam upaya pengurangan dampak perubahan iklim yang telah dijalankan ini telah sejalan dengan implementasi Environmental, Social & Gevernance (ESG) dan Sustainability Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) yang diterapkan di lingkungan PT KPI RU II Dumai-Sungai Pakning.
Ya, asap Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) menguap ke atmosfer dan berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim. Ini sesuai dengan tujuan 13 SDGS yakni dalam TPB mengambil aksi segera untuk memerangi perubahan iklim karena hal itu adalah tantangan global yang mempengaruhi setiap orang.
Adapun cara kerja Akurat dijelaskan Manager Production PT KPI RU II Sungai Pakning, R Moh Kun Tauchid menjelaskan bahwa Akurat terbuat dari pipa air bekas kegiatan di kilang, meteran dan alat pemberat.
Ketika ada air di dalam tanah dan adanya pemberat yang diberi pelampung, dia akan mengapung dan meteran yang terdapat di alat tersebut akan mengukur level kedalaman air gambut.
Dikatakan R Moh Kun Tauchid, terciptanya inovasi Akurat juga dimaksudkan untuk mendukung rewetting atau menjaga kondisi alami lahan gambut tetap dalam kondisi basah sekaligus patroli di lahan gambut agar tidak terjadi Karhutla di lahan tersebut. Alat itu memang terbilang sederhana, namun hasilnya tidak lagi sederhana.
Selain Nozgam dan Akurat maka PT KPI RU II Dumai - Sungai Pakning sukses kembangkan inovasi besi bekas untuk hydrostatic test selang pemadam dan lestarikan kantong semar di lahan gambut.

Atas inovasi itu, PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Unit Dumai melalui unit operasi Production Kilang Pertamina Sungai Pakning kembali menorehkan prestasi gemilang di kancah nasional dengan meraih dua penghargaan yaitu Gold dan Bronze pada ajang Eco - Tech Pioneer & Sustainability Award (EPSA) 2025 yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro (UNDIP) di Hotel Padma Semarang, Minggu (31/8/25).
Penghargaan Gold kategori Ecosystem Protection diraih Kilang Pertamina Sungai Pakning atas keberhasilannya dalam upaya konservasi terhadap keanekaragaman Kantong Semar (Nepenthes spp.) melalui pelestarian mikrohabitat alami pada lahan gambut bekas kebakaran seluas 1,1 hektar di kawasan Arboretum Gambut “MARSAWA”.
Lahan yang sebelumnya rusak akibat kebakaran dan alih fungsi, kini berhasil direstorasi dan mengembalikan fungsi ekologis serta pemulihan fungsi hidrologis gambut
Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Unit Dumai Agustiawan mengatakan, pencapaian keberhasilan tersebut lahir dari sinergi dan kolaborasi erat antara perusahaan, pemangku kepentingan setempat dan masyarakat sekitar. Ia menjelaskan, upaya konservasi tersebut berhasil meningkatkan populasi kantong semar dan vegetasi endemik lainnya serta dapat menjaga keanekaragaman hayati ekosistem gambut di kawasan Arboretum MARSAWA.
Penghargaan EPSA 2025 ini menjadi bukti nyata komitmen kami dalam mengintegrasikan aspek lingkungan, sosial dan tata kelola guna mendukung upaya pemerintah dalam menjaga kelestarian ekosistem gambut yang menjadi nadi kehidupan masyarakat di Sungai Pakning. Komitmen ini akan terus kami jaga dan tingkatkan untuk memberikan manfaat yang lebih luas lagi bagi masyarakat.
Restorasi ini terbukti mampu menyerap sekitar 22 – 33 ton CO? per tahun dan mencegah potensi emisi hingga 60,5 ton CO? dari ancaman kebakaran. Selain manfaat ekologis, program ini juga memberikan dampak sosial dengan meningkatnya literasi lingkungan dan perubahan perilaku masyarakat yang kini juga bertransformasi sebagai pelaku utama konservasi serta terbukanya peluang ekonomi baru melalui pengembangan ekowisata edukatif.
Agustiawan menambahkan, inisiatif yang secara berkelanjutan ini juga menjadi wujud nyata tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) perusahaan dan sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) serta tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya terkait Pendidikan Berkualitas, Penanganan Perubahan Iklim, Ekosistem Daratan dan Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan.
Sedangkan penghargaan Bronze kategori Eco-Cycle Innovation juga berhasil dicapai Kilang Pertamina Sungai Pakning berkat inovasi unggulannya dalam memanfaatkan limbah non-B3 Perusahaan, yakni besi bekas proyek di Kilang yang sudah tidak terpakai sebagai bahan utama alat uji tekanan hidrostatik pada selang pemadam kebakaran.
Inovasi ini dirancang mengacu pada standar keselamatan NFPA 1962 Chapter 4 dengan kemampuan pengujian minimal 300 Psi (20,7 bar).
Sebelumnya, pengujian hanya mengandalkan pompa air Fire Truck yang tekanannya terbatas pada 12 bar sehingga berisiko merusak pompa dan menimbulkan bahaya.
Manager Production PT KPI Unit Dumai Operasi Sungai Pakning, Ririanti Safrida, mengungkapkan bahwa inovasi yang diciptakan oleh Perwira Kilang Sungai Pakning melalui program Continuous Improvement Program (CIP) ini tidak hanya meningkatkan aspek keselamatan kerja khususnya tim Fire Brigade sebagai garda terdepan dalam penanggulangan kebakaran, tetapi juga mendukung efisiensi biaya dan prinsip keberlanjutan.
Inovasi ini menjadi bukti komitmen Kilang Pertamina Dumai dalam menjaga keselamatan pekerja sesuai standar internasional tanpa harus melakukan investasi besar dan sekaligus mendukung program keberlanjutan perusahaan.
Satu unit alat Hydrostatic Test mampu menguji hingga 4 selang sekaligus, sehingga prosesnya jauh lebih cepat dan efisien.
Lebih lanjut, Ririanti menyebutkan sepanjang tahun 2024, Kilang Pertamina Sungai Pakning berhasil membuat 12 unit alat Hydrostatic Test, yang mempercepat proses pengujian hingga tiga kali lebih cepat dan hanya memerlukan dua personel dalam pengoperasiannya.
Upaya pemanfaatan limbah besi bekas ini juga menunjukkan komitmen dan kemampuan Kilang Sungai Pakning dalam mengelola limbah non-B3 berupa besi bekas dari kilang dan mengurangi timbunan limbah besi sebesar 28,74%, atau setara dengan 0,24 ton pada tahun 2024. Inovasi ini turut menegaskan komitmen Kilang Pertamina Sungai Pakning dalam mendukung capaian SDGs pada poin ke-12 tentang Konsumsi dan Produksi yang bertanggung jawab, khususnya target 12.5 untuk mengurangi timbulnya limbah melalui upaya pencegahan, pengurangan, daur ulang, dan pemanfaatan kembali.
Pencapaian ini semakin memperkuat rekam jejak keberlanjutan Kilang Pertamina Sungai Pakning, yang sebelumnya telah meraih PROPER Emas sebanyak tujuh kali.***
Terima Kunjungan Anggota Komisi XII DPR RI dan Perwakilan Masyarakat, PT KPI Tegaskan Komitmen Penanggulangan Pasca Kejadian dan Pelaksanaan Bufferzone
Kota Dumai (Riau), LPC Kilang Pertamina Dumai menegaskan komitmennya.
Rumor Pencabutan Kartu Liputan CNN Indonesia dan Ujian Kebebasan Pers
Oleh: Mahmud Marhaba (Ketua Dewan Pimpinan Pusat PJS)Ja.
Pelantikan Menteri dan Wamen Haji: PJS Siap Kawal Transparansi dan Pelayanan Umat
Jakarta, LPCPresiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, hari ini, Senin.
PJS dan FIDKOM UIN Jakarta Sepakat Jalin Kerjasama Strategis
Jakarta, LPCDewan Pimpinan Pusat Pro Jurnalismedia Siber (DPP PJS) melaku.
Raih Prestasi Gemilang, PT KPI Dumai - Sungai Pakning Sabet Dua Penghargaan di EPSA 2025
Kota Dumai (Riau), LPC PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Un.
Kemenkopolkam Soroti Peredaran Narkoba, Diskotek Marcopolo Hingga Blue Star Dihancurkan
Medan (Sumut), LPC Tim gabungan terdiri dari Polda Sumut, TNI, Satpo.